Beranda Berita Terkini Komitmen Perkuat Nilai-Nilai Pancasila dan Toleransi Beragama, Komunitas Alumni Orange Atmajaya Gelar...

Komitmen Perkuat Nilai-Nilai Pancasila dan Toleransi Beragama, Komunitas Alumni Orange Atmajaya Gelar Diskusi Kebangsaan

BERBAGI

Jakarta, Beritatangsel.com — Dalam rangka menjaga keberagaman, kebhinekaan dan membumikan nilai-nilai Pancasila di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejumlah alumni yang terdiri dari lintas kampus dan aktivis mahasiswa menggelar kegiatan diskusi kebangsaan, yang bertajuk “Peran Alumni Kampus Sebagai Penggerak Toleransi, Untuk Memperkuat Semangat Kebangsaan”, Jumat (22/04) kemarin.

Diskusi Kebangsaan itu, diselenggarakan oleh Komunitas Alumni Orange Atmajaya, yang bertempat di Aula Sekretariat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Jakarta Selatan, di Jl. Melawai Raya, Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan.

Alumni Orange Atmajaya angkatan 1981, Bolean Silalahi mengatakan, para alumni dari lintas kampus, harus diharuskan untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan di masyarakat secara nyata.

“Saya lebih suka para alumni kampus itu mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila secara kongkrit dengan melakukan kegiatan-kegiatan nyata langsung ke masyarakat dan memberi kesadaran untuk lebih mendalami Pancasila dan menjauhkan ajaran-ajaran radikal,” kata Bolean Silalahi, Alumni Universitas Atmajaya angkatan 1981.

Acara diskusi kebangsaan yang diselenggarakan oleh Komunitas Orange Atmajaya itu, dihadiri oleh alumni dari Lintas Kampus, diantaranya Alumni Universitas Atmajaya, Alumni Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Alumni UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, serta Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI).

Alumni UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Deni Iskandar mengatakan bahwa, saat ini tantangan kebangsaan yang tengah dihadapi masyarakat Indonesia salah satunya terkait dengan minimnya pembacaan literasi kebangsaa ditengah kemajuan teknologi informasi.

Karena kurangnya pembacaan literasi tersebut, kata Deni menjelaskan, masyarakat Indonesia lebih mudah termakan informasi hoax yang itu bersumber dari berita-berita negatif yang berkembang di media sosial.

“Kita harus akui bahwa, Literasi yang diperoleh masyarakat saat ini sangat minim, sehingga mudah sekali masyarakat kita terkena hoax dan informasi negatif, yang memang banyak sekali bertebaran di media sosial.” Jelas Deni.

Baca Juga :  Tidak Mau Diajak Diskusi, ISPI Sebut Menteri Pertahanan Tak Punya Konsep Ketahanan Nasional

Sebagai alumni kampus, Deni juga mengajak kepada para alumni dari lintas kampus itu, untuk menghindari hoax dan melakukan campaign yabg sifatnya konten-konten positif. “Sebagai alumni kampus yang peduli pada negara ini, tentu kita bisa mengangkat lebih banyak hal-hal positif di media sosial,” kata Deni, yang juga penulis buku “Katolik Di Tanah Santri”.

Hal senada juga dikatakan oleh aktivis 98, Fulgentinus bahwa, dalam rangka menjauhi dan mengantisipasi termakan hoax di media sosial, masyarakat juga harus menyaring konten-konten yang ada media sosial yang itu dikonsumsi masyarakat.

Fulgentinus menyarankan agar, antisipasi itu dilakukan dari elemen terkecil, salah satunya peran penting keluarga agar dapat memilah media mana yang cocok untuk dijadikan sebagai konsumsi bacaan masyarakat.

“Masyarakat harus mampu menyaring konten, untuk itu peran keluarga sangat penting untuk melakukan pendidikan memilah media mana yang cocok,” kata Fulgentinus yang juga Alumni Sekolah Tinggi (STF) Driyarkara.

Acara diskusi kebangsaan itu dilaksanakan Komunitas Alumni Orange Atmajaya, dalam rangka merayakan Paskah dan Silaturahmi sesama aktivis. Selain itu dalam acara diskusi kebangsaan itu juga, disertai dengan buka puasa bersama dibulan suci Ramadan.

Sementara itu, Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI), Ignatius Indro menambahkan bahwa, dalam rangka menjaga dan mewujudkan praktek toleransi beragama. Pendekatan yang dapat dilakukan bisa melalui kegiatan olahraga yang itu diikuti oleh lintas agama.

“Saya meyakini bahwa, sepak bola adalah salah satu alat toleransi dan pemersatu bangsa. Contohnya saat tahun 2016 dimana adanya Pilkada yang paling brutal sepanjang sejarah bangsa ini, dan saat itu ada Piala AFF, Kapten Timnas kita Boas Salosa. Seluruh masyarakat tetap mendukung timnas tanpa melihat lagi agama atau asal pemain kita termasuk Boas. Semua bersatu dalam kebersamaan,” tambah Indro, yang juga aktivis 98.

Baca Juga :  Masyarakat Wajib Paham Arti Dari 4 Pilar Kebangsaan

Dalam acara diskusi kebangsaan itu, ada empat orang pembicara, diantaranya Bolean Silalahi, Alumni Atma Jaya Jakarta, Deni Iskandar Alumni UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Fulgentius FN Alumni STF Driyarkara dan Ronald Octo Ruff Alumni Atma Jaya Yogyakarta.

Informasi, Komunitas Alumni Orange Atma Jaya adalah wadah para alumni Armajaya yang dibentuk pada tahu 2019, dengan tujuan untuk memelihara semangat kebangsaan sesuai Pancasila dan NKRI. (Haji Merah)