Tangerang Selatan, 17 Mei 2025 – GPIB Wilayah Banten bekerja sama dengan BPBD Kota Tangerang Selatan menggelar Pelatihan Dasar Penanggulangan Bencana bertema “Banten Siap Selamat, Siap Tanggap”, Sabtu siang 17 Mei 2025 di Gedung BPBD Tangsel, Serpong.
Kegiatan ini diikuti oleh 51 peserta dari 11 jemaat GPIB, serta didukung oleh Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Tangerang Selatan. Tujuannya adalah membekali para jemaat dengan pengetahuan dan keterampilan dasar dalam menghadapi situasi darurat, seperti banjir dan gempa bumi yang sering terjadi di wilayah Banten.
Ketua GPIB se-Mupel Banten, Pendeta Volentines Hengkesa <span;>menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan langkah penting agar gereja juga bisa berperan aktif saat terjadi bencana. “Kami bersyukur bisa menggunakan 10 fasilitas BPBD untuk pelatihan ini. Kami berharap gereja-gereja GPIB bisa terlibat langsung dalam upaya penanggulangan bencana, dari tingkat kota hingga nasional,” ujarnya.
Volentines<span;> menambahkan bahwa banjir adalah bencana yang paling sering dialami jemaat. “Kadang saat ibadah, hujan deras datang dan banjir pun terjadi. Lewat pelatihan ini, kami tahu apa yang harus dilakukan,” jelasnya.
Materi yang diberikan mencakup pertolongan pertama (Force 8), penyelamatan di air (Water Rescue), hingga penanganan pasca-gempa. Para peserta diharapkan dapat menularkan ilmu ini ke jemaat dan lingkungan sekitar mereka.
Sementara itu, Humas BPBD Tangsel, Rizki Afriansyah, menegaskan pentingnya peran masyarakat dalam pengurangan risiko bencana. “Pelatihan ini adalah bagian dari edukasi kebencanaan untuk komunitas keagamaan. Kami ingin masyarakat, khususnya jemaat GPIB, punya kemampuan menyelamatkan diri dan keluarganya saat terjadi bencana,” jelasnya.
Rizki juga menyampaikan bahwa pelatihan ini akan dilanjutkan dengan sesi praktik untuk meningkatkan kemampuan peserta. “Harapannya, peserta bisa menyebarkan ilmu yang mereka dapat kepada masyarakat luas,” tambahnya.
BPBD Tangsel saat ini juga mendorong pemanfaatan kantor mereka sebagai Rumah Edukasi Bencana, tempat masyarakat bisa belajar sejak dini tentang kesiapsiagaan. “Tujuan akhirnya adalah living in harmony with disaster—walau tinggal di wilayah rawan bencana, masyarakat tahu cara menghadapi dan mengurangi risikonya,” tutup Rizki.
Red/Alwi