beritatangsel.com — Warga Tangerang Selatan, terutama pengguna Kereta Rel Listrik (KRL), kembali mengeluhkan bau tak sedap yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang. Salah satunya adalah Eva, seorang pengguna KRL yang setiap hari melintasi Stasiun Serpong. “Saat kereta berhenti di Stasiun Serpong, baunya sangat menyengat, seperti bau busuk. Setiap hari saya harus menutup hidung. Kalau musim hujan, baunya makin parah,” ujar Eva dalam program siaran *Hallo RRI* di radio 91,2 FM Pro1 RRI Jakarta, yang menampung keluhan warga terkait pelayanan publik pada pekan terakhir November 2024.
Keluhan tentang bau sampah dari TPA Cipeucang sudah bukan hal baru. Warga di sekitar kawasan Serpong, BSD, Cisauk, dan sekitarnya sering kali mengeluhkan pencemaran udara yang ditimbulkan oleh tempat pembuangan sampah ini. Sejak dioperasikan pada 2006, TPA ini telah beberapa kali menjadi sorotan karena dampaknya terhadap lingkungan.
Pada awal pembukaan, TPA Cipeucang hanya menampung sampah pasar Serpong di lahan seluas 2,4 hektar. Namun, seiring waktu, area ini berkembang menjadi 5,4 hektar, meskipun hingga kini hanya dua zona yang beroperasi. Lokasinya yang berdekatan dengan Sungai Cisadane dan hanya sekitar 50 meter dari permukiman membuat TPA ini dinilai tidak ideal dan berisiko mencemari lingkungan sekitar.
Protes dari warga Kampung Cipeucang terhadap keberadaan TPA ini juga terjadi sejak awal. Pada 2006, warga sempat memblokir jalan untuk menghentikan truk sampah yang akan memasuki area TPA. Meskipun ada penolakan, pemerintah setempat tetap melanjutkan operasional TPA ini untuk menampung sampah dari beberapa kecamatan di Tangerang Selatan.
Pada Mei 2020, TPA Cipeucang juga mengalami longsor akibat hujan lebat, menambah daftar masalah yang dihadapi tempat pembuangan ini (Tempo). Tak jarang, keluhan terkait bau sampah juga muncul di media sosial, dengan sejumlah video viral yang menampilkan betapa mengganggunya polusi udara yang berasal dari TPA ini. Salah satunya, akun @megaprabuwardani.dr menyatakan bahwa bau menyengat dari TPA Cipeucang semakin memperburuk kualitas hidup warga Tangerang Selatan. Di lansir dari rri.co.id
Menanggapi keluhan ini, Eva berharap pemerintah kota segera bertindak untuk mengatasi masalah tersebut. “Semoga Pak Wali Kota segera turun tangan. Bau seperti ini sangat mengganggu,” harapnya.
Sementara itu, Pemkot Tangerang Selatan sudah merencanakan penggunaan teknologi *incinerator* untuk mengatasi masalah sampah dan bau dari TPA Cipeucang. Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Pilar Saga Ichsan, menyampaikan bahwa teknologi ini direncanakan dapat menghasilkan energi listrik, sekaligus mengurangi dampak negatif dari pengelolaan sampah. “Kami berencana menerapkan teknologi *incinerator* di TPA Cipeucang yang dapat menghasilkan listrik dengan nilai investasi besar sesuai Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2018,” ujar Pilar dalam keterangannya pada Desember 2023.
Sebelumnya, Pemkot Tangerang Selatan juga telah menerapkan teknologi *Hydrodrive Incinerator* di fasilitas pengolahan sampah intermediate (ITF) Parigi, Pondok Aren, yang mampu mengelola sampah hingga 60 ton per hari.
Meski upaya pengelolaan sampah semakin maju, bau menyengat dari TPA Cipeucang masih menjadi masalah yang mengganggu kenyamanan warga. Hingga berita ini diturunkan, pihak pemerintah kota masih belum memberikan tanggapan resmi mengenai langkah lanjutan untuk mengatasi keluhan ini.
(Red/Nad)