Beritatangsel.com – Body shaming adalah fenomena yang kerap ditemui, baik secara langsung maupun di media sosial. Kritik dan komentar negatif tentang tubuh kita tidak hanya menyakitkan, tetapi juga bisa merusak rasa percaya diri. Body shaming membuat seseorang merasa malu terhadap bentuk tubuhnya dan dapat berdampak serius, termasuk keinginan untuk mengakhiri hidup, mengubah bentuk tubuh secara drastis, dan menarik diri dari lingkungan sosial.
Fenomena ini dapat menimpa siapa saja—laki-laki, perempuan, orang tua, anak-anak, bahkan bayi sekalipun. Namun, perempuan cenderung lebih rentan mengalaminya. Menurut survei ZAP Beauty Index 2020, sekitar 62,2% perempuan di Indonesia pernah menjadi korban body shaming, dan 37% mengaku mendapatkan pengalaman tersebut dari rekan kerja sesama perempuan.
Untuk menghentikan budaya body shaming dan membangun budaya saling mendukung antar perempuan, langkah konkret sangat diperlukan. Namun, sebelum itu, penting untuk memahami secara mendalam apa itu body shaming dan bagaimana dampaknya pada kehidupan sehari-hari. Dukungan antar perempuan bisa menjadi kunci penting dalam melawan body shaming dan membentuk masyarakat yang lebih positif dan mendukung.
Herbert (Usman, 2019) menjelaskan bahwa bullying adalah tindakan yang mengerikan dan kejam, meliputi kekerasan fisik seperti pukulan dan tendangan, serta kekerasan verbal seperti ejekan dan ancaman. Selain itu, ada pula perundungan tidak langsung yang berupa sikap tidak bersahabat, raut muka bermusuhan, atau pengucilan korban (Sciarra dalam Fauzia & Rahmiaji, 2019). Dalam kajian kesehatan mental, bullying termasuk dalam conduct disorder (Morcillo dkk., Fauzia & Rahmiaji, 2019). Astuti (Mulachela, 2017) mengidentifikasi tiga aspek bullying: fisik, verbal, dan psikologis. Dilansir dari garuda.kemdikbud.go.id
Seseorang dapat merasa insecurity dalam situasi tertentu
Insecurity sering muncul akibat perbandingan sosial, terutama di media sosial yang menampilkan kehidupan yang sempurna. Tekanan untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis semakin memperburuk ketidakpuasan diri. Kusuma (2021) mengungkapkan, rasa insecure ditandai dengan keengganan keluar dari zona nyaman, perasaan tidak diterima, kesulitan berinteraksi dengan orang baru, dan kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain dalam hal pencapaian, postur tubuh, atau kecantikan. Akibatnya, penyintas body shaming sering merasa rendah diri dan menarik diri dari lingkungan sosial, atau sebaliknya, mencari validasi berlebihan dari orang lain.
Peran perempuan dalam menghentikan body shaming sangat penting
Hilangnya peran perempuan sebagai pendukung satu sama lain memperburuk budaya body shaming. “Women Support Women” kini sering hanya berlaku dalam lingkaran pertemanan tertentu, padahal dukungan yang lebih luas bisa melawan standar kecantikan ideal. Standar sosial sering menghalangi perempuan untuk tampil dengan keunikannya, memandang keunikan tersebut sebagai kekurangan.
Sudah saatnya perempuan saling mendukung dan merangkul, tanpa memandang warna kulit, suku, ras, bentuk tubuh, atau gaya rambut. Hindari pengelompokan antar perempuan, karena label seperti “The Nuruls” atau “Aura Maghrib” hanya memperburuk situasi. Mari kita musnahkan stigma dan standar sosial untuk mengurangi body shaming. Langkah ini bisa dimulai dari kita semua. Selanjutnya, mari kita cari tahu cara menghadapi body shaming.
Hentikan Siklus Body Shaming: 5 Cara Ampuh yang Bisa Kamu Terapkan!
1. Kenali dan Ungkapkan Perasaanmu
Jangan diam saja jika merasa terluka. Sampaikan perasaanmu dengan tegas namun sopan kepada orang yang menindasmu. Berbicara terbuka adalah langkah awal untuk mengatasi body shaming.
2. Hentikan Perbandingan Diri
Fokus pada kelebihan dirimu dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Terima keunikanmu dan bangun rasa percaya diri tanpa membiarkan standar orang lain memengaruhimu.
3. Rawat Dirimu dengan Baik
Jaga kesehatan fisik dan emosionalmu dengan olahraga, makan sehat, dan melakukan aktivitas yang kamu nikmati. Perawatan diri harus untuk kepuasan pribadi, bukan untuk memenuhi ekspektasi orang lain.
4. Gunakan Afirmasi Positif
Berlatih bersyukur dan berikan afirmasi positif kepada dirimu. Ini membantu mengurangi rasa insecure dan mencegah perkataan negatif memengaruhi cara pandangmu terhadap diri sendiri.
5. Ciptakan Lingkungan Positif
Entah mencari atau menciptakan, pastikan lingkungan sekitarmu mendukung dan menerima semua kelebihan dan kekuranganmu. Lingkungan positif dapat memutus siklus body shaming dan merayakan keberagaman.
Perempuan memiliki peran penting dalam mengubah norma ini!
(Red/Mam)