Beritatangsel.com — pasar tradisional merupakan tempat favorit bagi pecinta bahan-bahan pangan segar. Selain itu, pasar tradisional juga menawarkan fleksibilitas bagi pelanggan untuk mendapatkan harga pangan yang lebih terjangkau. Pasalnya, tawar-menawar harga merupakan hal yang lumrah dilaksanakan dalam transaksi di pasar tradisional. Secara antropologis, pasar menggambarkan sebuah sistem sosial yang kompleks dan tidak hanya merupakan moda pertukaran ekonomi, melainkan sebuah aktivitas kebudayaan.
Pasar tradisional pada umumnya menawarkan produk-produk bahan baku pangan seperti daging dan sayur mayur. Namun, juga tersedia makanan cepat saji dan kudapan tradisional “jajanan pasar”, dengan konsep dibawa pulang.
Seiring berjalannya waktu, konsep pengelolaan pasar tradisional tidak lagi terbatas pada produk-produk tersebut. Persaingan ketat dari pertumbuhan pasar swalayan dengan konsep “seluruh barang tersedia” serta minimnya pengetahuan digitalisasi di kalangan pedagang memaksa pengelola untuk berinovasi demi memastikan keberlangsungan pasar tradisional sebagai tempat usaha.
Salah satu jenis inovasi dari pengelola pasar tradisional adalah dengan mengubah lapak menjadi tempat makan dengan konsep makan di tempat. Sebagai contoh, pengelola pasar di kawasan Kabupaten Tangerang, Banten, mengubah beberapa lapak kosong yang diperuntukkan untuk produk segar menjadi tempat makan. Demi mengurangi potensi kontaminasi silang yang membahayakan kesehatan pelanggan, pengelola pasar memetakan penempatan lapak sayur, lapak daging, dan lapak makan agar tidak terlalu berdekatan dengan satu sama lain. Hal ini dapat menjadi faktor yang menarik bagi para pengusaha kuliner independen maupun pengusaha rantaian restoran untuk melaksanakan usaha di pasar tersebut dengan konsep yang disesuaikan.
Pada dasarnya, risiko kontaminasi silang merupakan hal utama yang diperhatikan bagi pengusaha kuliner saat melakukan persiapan makanan bagi konsumen. Selain membahayakan kesehatan konsumen, penanganan bahan baku pangan yang tidak sesuai berpotensi menyebabkan citra merek usaha menurun. Maka dari itu, poin penting bagi pengelola pasar adalah untuk dapat memfasilitasi para pengusaha kuliner dengan kondisi yang memadai.
Bagi para pengusaha kuliner, biaya sewa lapak di pasar tradisional merupakan opsi lebih terjangkau dibandingkan dengan di pusat perbelanjaan. Faktanya, usaha kuliner adalah salah satu jenis usaha yang memiliki potensi keberhasilan yang rendah. Maka dari itu, penting bagi para pengusaha untuk menekan biaya yang harus dikeluarkan di awal, seperti biaya sewa yang dibayar di muka dan renovasi. Minimnya biaya renovasi yang harus dikeluarkan dan biaya sewa yang relatif lebih bersahabat dapat meningkatkan daya saing bagi pengusaha kuliner, terutama pengusaha yang masih dalam titik awal.
Poin penting yang diperhatikan oleh para pengusaha kuliner untuk keberlangsungan usaha kuliner adalah memastikan alur kas yang sehat dengan melakukan kontrol atas alokasi biaya-biaya yang sudah dianggarkan. Pasalnya, biaya bahan baku yang sehat adalah sebesar tiga puluh persen dari harga penjualan. Hal ini dikarenakan terdapat unsur-unsur biaya lain yang dibutuhkan seperti biaya listrik dan air, biaya pemasaran, biaya sumber daya manusia, biaya sewa bulanan, biaya kemasan, dan fluktuasi bahan baku.
Dengan mengubah konsep pasar tradisional yang lama, terdapat manfaat yang dapat dinikmati oleh pengusaha kuliner dan pedagang sekitar. Sebagai contoh, pengusaha kuliner dapat melakukan pembelian bahan baku dengan harga yang kompetitif dan segar dari pedagang di pasar. Bagi para pedagang, pembelian dari pengusaha kuliner cenderung konsisten dengan jumlah yang relatif lebih besar dibanding pembelian pribadi. Sebaliknya, akses pembelian bahan baku yang mudah dapat mengurangi jumlah inventaris bahan baku yang disimpan di gerai kuliner. Kondisi ini juga membantu untuk mengurangi biaya transportasi bahan baku yang seringkali harus dibayar oleh para pengusaha jika pembelian tidak mencapai jumlah pembelian minimal. Sebaliknya, kebutuhan jumlah inventaris yang tidak terlalu besar akan mengurangi biaya investasi awal seperti kebutuhan pembelian alat penyimpanan bahan baku.
Evolusi pasar tradisional untuk usaha kuliner akan membuka kesempatan bagi para pengusaha kuliner untuk memiliki gerai fisik. Terdapat dampak positif bagi para pengusaha kuliner dan pedagang di pasar. Dengan adanya gerai fisik yang dapat dituju oleh konsumen, pengusaha kuliner akan mendapatkan nilai kredibilitas yang lebih baik dibandingkan gerai digital. Faktanya, pemasaran digital memiliki unsur-unsur seperti algoritma yang mengatur capaian informasi kepada konsumen dan tingkat konversi pembelian yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan gerai fisik.
Pada dasarnya, gerai fisik memudahkan akses bagi konsumen untuk membeli produk dan memperluas jangkauan konsumen yang dicapai. Maka dari itu, penting bagi pengusaha kuliner untuk memastikan penggunaan fasilitas fisik dan digital demi keberlangsungan usaha kuliner.
Di tulis oleh:
Angelica Natasha
Universitas Prasetiya Mulya