Perilaku Organisasi Generasi Digital: Peran Kepribadian, Efikasi Diri, dan Nilai Budaya dalam Dunia Kerja Masa Kini

banner 468x60

Beritatangsel.com — Transformasi digital telah mengubah pola kerja dan karakteristik generasi milenial serta Gen Z sebagai tenaga kerja utama masa kini. Artikel essay ini membahas bagaimana kepribadian, efikasi diri, dan nilai budaya membentuk perilaku organisasi generasi digital.

Kepribadian menentukan preferensi kerja dan gaya interaksi, efikasi diri memengaruhi kemampuan adaptasi terhadap teknologi, sementara nilai budaya membentuk cara individu memahami aturan, kewenangan, dan dinamika kerja modern.

Ketiga aspek ini menjadi kunci untuk memahami perilaku kerja generasi digital dan merancang strategi manajemen yang relevan.

Kata Kunci: kepribadian, efikasi diri, nilai budaya, generasi digital, perilaku organisasi, Gen Z, milenial

Perilaku Organisasi Generasi Digital

Generasi digital, terutama milenial dan Gen Z, tumbuh dalam lingkungan yang sangat dekat dengan teknologi. Kehadiran internet, media sosial, dan perangkat digital menjadikan mereka cepat beradaptasi, dinamis, dan terbiasa bekerja dalam lingkungan yang fleksibel. Namun, perubahan ini juga menghadirkan tantangan seperti multitasking berlebihan, tekanan produktivitas, dan kebutuhan akan keseimbangan kerja-hidup. Dalam konteks tersebut, faktor kepribadian, efikasi diri, dan nilai budaya memainkan peran penting dalam membentuk perilaku mereka di tempat kerja.

Peran Kepribadian dalam Perilaku Organisasi Generasi Digital

Kepribadian generasi digital dapat dijelaskan melalui model Big Five. Keterbukaan terhadap pengalaman (openness) yang tinggi membuat mereka cepat berinovasi dan kreatif dalam memanfaatkan teknologi. Pada sisi lain, conscientiousness menentukan

konsistensi dan tanggung jawab mereka dalam sistem kerja fleksibel. Ekstroversi terlihat melalui kecenderungan berkolaborasi di platform digital, sementara agreeableness tercermin dari preferensi kerja sama dan komunikasi inklusif. Namun, neuroticism dapat terlihat ketika tekanan digital mengganggu stabilitas emosional.

Kepribadian ini memengaruhi pola kerja generasi digital seperti gaya komunikasi cepat, ketertarikan pada pekerjaan kreatif, dan kebutuhan akan kebebasan dalam menyelesaikan tugas.

Efikasi Diri sebagai Motor Adaptasi Teknologi

Efikasi diri menjadi faktor kunci dalam kemampuan generasi digital untuk mengelola tuntutan kerja modern. Keyakinan diri terhadap kemampuan menggunakan teknologi memengaruhi cara mereka belajar, menyelesaikan tugas, dan menghadapi perubahan sistem kerja yang cepat.

Individu dengan efikasi diri tinggi lebih percaya diri menggunakan aplikasi baru, berani mencoba metode kerja berbeda, serta memiliki motivasi belajar yang kuat. Sebaliknya, efikasi diri rendah dapat menyebabkan stres digital, kesulitan menyesuaikan diri, dan kecemasan ketika menghadapi pekerjaan berbasis teknologi. Efikasi diri ini sangat dipengaruhi pengalaman keberhasilan, dukungan sosial, serta budaya organisasi yang memberikan ruang untuk eksplorasi dan belajar.

Peran Nilai Budaya dalam Membentuk Interaksi Kerja Generasi Digital

Nilai budaya menjadi landasan bagi cara generasi digital memaknai hubungan kerja. Di Indonesia, nilai kolektivisme masih kuat, sehingga kerja sama, kebersamaan, dan rasa hormat kepada senior tetap penting meskipun generasi digital cenderung lebih egaliter. Budaya global juga memengaruhi pola pikir mereka—misalnya, keterbukaan terhadap keberagaman, fleksibilitas jadwal, dan kebutuhan akan otonomi.

Budaya organisasi modern yang menekankan inovasi, kolaborasi digital, transparansi, dan fleksibilitas terbukti selaras dengan kebutuhan generasi digital. Ketika nilai budaya organisasi sesuai dengan nilai personal generasi ini, perilaku kerja yang muncul menjadi lebih positif, produktif, dan berorientasi pada hasil.

Hubungan Kepribadian, Efikasi Diri, dan Nilai Budaya dalam Perilaku Generasi Digital

Ketiga faktor ini tidak berdiri sendiri. Kepribadian tertentu, seperti openness dan conscientiousness, dapat meningkatkan efikasi diri. Nilai budaya yang suportif mendorong keberanian bereksperimen dan belajar teknologi. Sebaliknya, budaya organisasi yang kaku dapat menekan potensi generasi digital meskipun kepribadian dan efikasi diri mereka tinggi.

Interaksi antara kepribadian, efikasi diri, dan nilai budaya membentuk perilaku kerja yang responsif, inovatif, dan adaptif—ciri utama generasi digital dalam organisasi masa kini.

Kesimpulan

Perilaku organisasi generasi digital dipengaruhi oleh kepribadian, efikasi diri, dan nilai budaya yang membentuk cara mereka beradaptasi, berinteraksi, dan bekerja dalam lingkungan modern. Pemahaman mendalam terhadap ketiga faktor ini membantu organisasi menciptakan lingkungan kerja yang relevan, fleksibel, dan produktif sehingga dapat memaksimalkan potensi generasi digital sebagai motor penggerak perkembangan organisasi di era digital.

Artikel ini ditulis oleh Rustini Mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan Universitas Pamulang (UNPAM).

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *