Beritatangsel.com — Blow, brand sepatu lokal wanita yang tetap eksis dikala pandemi bisa tembus penjualan 20.000 pasang per hari, ternyata bermula dari berjualan barang sisa pabrik, di depan teras rumah. Bahkan menurut pengakuan sang pemilik, Vincent Octavianus, pernah dalam sebulan hanya laku sepasang sneakers. Tapi apakah lantas menyerah dengan mudah?
Ibarat kata, belajar berjalan sebelum berlari. Apa yang membuat Blow sampai pada titik sukses ini, kuncinya yaitu tidak menyerah sembari tetap kreatif dan produktif. Begitu kira-kira jalan yang ditempuh Vincent sebelum membuat Blow berlari kencang di pasaran.
Tak ada satupun transaksi penjualan di awal kemunculannya meski sudah coba membuka lapak di pasar malam, emperan, bazaar, marketplace, cari reseller, bahkan mencoba sistem MLM. Tak juga mendapat mendapat respon positif dari konsumen, analisa pasar kemudian coba dilakukan dengan menentukan target market, kebutuhan pasar, regulasi, serta kompetisi.
Hasil analisa pasar awal, Blow yang pernah melapak di pasar malam di kampung dan pinggir jalan pasar lama kota Tangerang dengan mobil Gran Max itu pelan-pelan fokus jualan online dari satu marketplace ke marketplace lain. Dari hanya menjual satu sneakers dalam satu bulan, kini lebih dari 20.000 pasang dalam satu hari dari gudang yang luasnya hanya 3.000 meter persegi. Yang menarik, kejadian ini berlangsung di tengah masa pandemi yang membuat banyak industri gulung tikar.
Tak berhenti di situ, Blow juga sering membuat analisa produk dan harga secara berkala. Dari yang tadinya berdarah-darah sendirian, kini puluhan karyawan siap membantu melahirkan ratusan model sepatu dan sandal. Mendengarkan produk seperti apa yang diminati wanita Indonesia dan berapa jumlah harga yang menjangkau semua. Tanpa memiliki brand sendiri, sejatinya mendapat kepercayaan dari konsumen tak semudah membalik telapak tangan.
Melahirkan banyak sepatu dan sandal kece beragam desain, ternyata Blow juga aktif membuat analisa pasar demi keselarasan produk dan harga. Mendengarkan produk seperti apa yang diminati wanita Indonesia dan berapa jumlah harga yang menjangkau semua. Tanpa memiliki brand sendiri, sejatinya mendapat kepercayaan dari konsumen tak semudah membalik telapak tangan.
Bekerjasama dengan ratusan pengrajin dari berbagai kota, Blow juga menganalisa serta memperhitungkan efektivitas operasional produksi. Memiliki kualitas bagus dan desain menarik tentu harus melewati proses produksi yang menggunakan teknologi dengan memperhatikan situasi terkini. Efektivitas produksi inilah yang kemudian menentukan harga jual yang tak perlu mahal.
Brand sepatu lokal yang pernah dipasarkan di toko depan pasar Kelapa Dua, walau tak berumur panjang karena sepi pengunjung, juga tak mau menyerah karena pandemi. Di antara bisnis lain yang gulung tikar, Blow justru gencar promosi di berbagai kesempatan. Rupanya upaya ini mendapat feedback positif sehingga Blow mampu meningkatkan produksi.
Blow sepertinya menyadari satu hal, siapa yang bertahan dialah yang mampu beradaptasi. Sepatu lokal yang memiliki gudang, yang bahkan tidak sampai setengah luas lapangan sepakbola, di Tangerang ini bukan saja beradaptasi dari kerasnya pandemi, tapi juga beradaptasi terhadap kebutuhan pasar. Target pasar Blow adalah wanita yang rindu akan alas kaki yang nyaman, tahan lama, dan trendy.
Mengingat milenial yang gampang bosan dengan desain yang itu-itu saja, hal tersebut jadi strategi bagi Blow untuk selalu up-to-date apa yang yang dimau pasar. Menyasar konsumen yang bekerja dan belajar dari rumah, Blow bergerilya melalui marketplace dan media sosial. Sebagaimana makhluk visual, media sosial yang cocok untuk digital marketing saat ini adalah Instagram.
Saat masih berjuang, tidak ada yang mau mendengar kisah getirnya. Begitu sukses, banyak yang ingin mencari tahu rahasianya. Tak perlu sungkan, Blow dengan senang hati membagi kisah suksesnya agar semua orang punya kesempatan sukses yang sama. (Red)
