Beranda Opini & Tokoh Bau Busuk Organisasi

Bau Busuk Organisasi

BERBAGI

BERITATANGSEL.COM(Opini),- Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI), arti organisasi adalah kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian orang yang diperkumpulkan dan sebagainya untuk tujuan tertentu. Kelompok kerja sama antara orang-orang yang di adakan untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam struktur organisasi terdapat ketua organisasi (pemimpin) dan anggota. Organisasi pada umumnya  terdapat struktur seperti Badan Pengurus Harian (BPH) di antaranya ketua umum, wakil ketua umum, sekertaris, dan bendahara. Dan pembagian department atau bidang yang di dalamnya terdapat Ketua bidang, sekertaris bidang dan anggota.

Dalam suatu organisasi ketua umum memiliki tanggung jawab penuh terhadap anggotanya. Baik dalam menjalankan program kerja, pengembangan minat dan bakat kader.

Setiap organisasi memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai pedoman dan jalan aturan main organisasi. selain itu, organisasi juga memiliki budaya masing-masing. Tapi yang sering kita jumpai, aturan main organisasi tidak lagi berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, melainkan berdasarkan budaya dalam organisasi itu sendiri. Oleh karena itu, sering kita dengar istilah “Anggota Prematur” dalam organsisi. Lantas bagaimana seseorang bisa menilai anggota yang prematur dan yang tidak prematur?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata prematur adalah belum masak, sebelum waktunya, belum cukup umur. Yang di permasalahkan adalah, yang di maksud prematur di kalangan organisasi Mahasiswa adalah belum waktunya berdasarkan umur, angkatan atau kualitas? Sejauh ini, kata prematur yang di artikan di kalangan organisasi adalah sentimen umur dan angkatan, bukan kualitas.

Apakah anda tahu Rocky Gerung? Dosen Filsafat di Universitas Indonesia. Setelah tamat Strata (S1), Rocky menjadi dosen di kalangan mahasiswa strata S1, S2 dan S3.

Jika berdasarkan kacamata prematur yang di maksud di atas, pengalaman Rocky adalah prematur, tidak cukup waktu. Realitasnya yang di alami Rocky, pihak yang bersangkutan mengartikan “waktu” adalah kualitas, bukan sentiment dia Cuma lulus strata (S1).

Baca Juga :  Airin Rachmi Diany Serap Aspirasi Pemuda di Kota Serang

Menurut Ahmad Hifni dalam bukunya Menjadi Kader PMII, Di muka bumi ini, manusia menjelma sebagai khalifah. Menjadi khalifah berarti menjadi pemimpin, memimpin atas dirinya, keluarganya, dan masyarakat secara umum. Sebagaimana Rosul bersabda; (setiap kalian adalah pemimpin dan kalian semua akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya). Kepemimpinan setiap kita bisa dalam ruang lingkup kecil, menengah dan luas. Semua akan diminta pertanggungjawabannya, bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Jiwa pemimpin yang terdapat di dalam diri manusia ini merupakan potensi yang dimilikinya sebagai anugerah dari yang Maha Kuasa.

Modal dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin tidak hanya intelektualitas semata, tetapi harus didukung oleh kecerdasan emosional (emotional intelligence), komitmen dan integritas. Tanpa ketiganya, maka kepemimpinannya tidak akan seimbang (balance) dan akan menimbulkan kemudharatan yang lebih besar dari pada manfaatnya. Contohnya sangat banyak, lihatlah problem sosial yang sangat kompleks. Kepemimpinan para pejabat negara, partai politik, organisasi, sosial keagamaan dan lain-lain.

Renungkanlah, apakah ruang gerak yang selama ini digunakan sebagai basis refleksi dan tindakan telah disertai dengan penanaman keyakinan tentang siapa kita, di mana berada, untuk apa dan bagaimana melakukan kehidupannya di muka bumi agar bisa kembali ke fitrah sebagaimana asalnya?. Jika tidak, maka berbenahlah, dan mulailah dari diri sendiri. Sebuah langkah besar pasti dimulai dari kesadaran pribadi. Tak perlu melawan siapapun atas nama ketertindasan, kezaliman dan sebagainya, karena lawan hakiki kita adalah diri sendiri.

Kita sibuk pada perkembangan kehidupan dunia, dan sangat minim penanaman kepemimpinan pada maka substantif manusia. Kita sibuk dengan event-event, kegiatan, seminar dan perkuliahan tanpa merefleksikan hubungannya dengan dimensi vertical-horisontal. Perilaku rakus dengan mengambil hak-hak orang lain, menzalimi kebebasan orang lain, penyalahgunaan anggaran kegiatan, manipulasi data dan sebagainya, itu semua merupakan tindakan yang tidak menuntun pada nilai-nilai fitrah manusia. Sebuah nilai-nilai yang baik antar hubungannya dengan manusia yang lain. Inilah kesesatan nyata dan jalan keliru manusia dalam mengimplementasikan kepemimpinannya di dunia.

Baca Juga :  Rekam Fikiran Seorang Pecundang

Seharusnya kata “prematur” tidak di katakan kepada kader yang sedang berproses. (Admin)

Penulis: Muhammad Fahri (Aray)

Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Adab dan Humaniora, Cabang Ciputat. Periode 2018-2019