Beranda Berita Photo Dosen Muda Unpam Yang Diterbangkan Ke Mesir Itu Bernama Doktor Zamzam...

[Sosok] Dosen Muda Unpam Yang Diterbangkan Ke Mesir Itu Bernama Doktor Zamzam Nurhuda

BERBAGI

Pamulang, Beritatangsel.com– Sudah lebih 2 minggu lalu kepulangan Dr Zamzam Nurhuda dari Mesir, Ia kembali ke tanah air setelah satu bulan mengikuti program short course bidang spiritual pedagogi yang diadakan oleh Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) 17 Agustus sampai 18 September 2017 lalu di Mesir. Menurut Dr Zamzam Nurhuda, ini kali adalah Kesempatan keduanya untuk terbang ke Mesir, setelah jauh waktu sebelumnya, tepat seusai lulus Sma Ia berkesempatan berkuliah di Mesir namun tak dapat restu orang tuanya. Dan pada kesempatan kedua ini tak di sia-siakan lagi olehnya.

 

Dosen kelahiran Bandung, 15 Juli 1987 ini diterbangkan Kemenristek Dikti ke Mesir bersama 16 dosen lain dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia setelah menyisihkan sekitar 65 calon peserta program. Dosen muda lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tulen ini bersyukur dapat lolos seleksi administrasi dan wawancara untuk bisa berdampingan dengan doktor-doktor lain dari universitas ternama. Perlu diketahui, adapun syarat untuk lolos menjadi peserta program Kemenristek Dikti ini adalah minimal mempunyai gelar Doktor dan beberapa karya ilmiah terkait bahasa Arab dan pendidikan agama Islam. Program ini adalah program khusus untuk seluruh Dosen mata kuliah bahasa Arab dan pendidikan agama Islam, namun program ini hanya untuk Dosen-dosen dari perguruan tinggi dibawah naungan Kemenristek Dikti.

 

Dengan gestur tubuh menunjukan kerendahan hatinya, DR Zamzam Nurhuda menjelaskan bahwa setiap Dosen mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat kesempatan seperti ini.

 

“Jadi, jika kita mengajukan diri untuk mengikuti program seperti ini, itu tidak ada istilah pintar atau tidak pintar, yang lebih pintar dari saya itu banyak, ini soal rejeki, intinya terus berusaha dan mau mencoba terus-menerus, ya allhamdulillah saya sudah merasakan hasilnya, saya Dosen Unpam yang bisa berdampingan dengan Doktor-doktor dari Universitas besar lain seperti ITB dan UI” Papar Dr Zamzam saat diwawancarai disela kegiatannya Senin, 2 Oktober 2017 di Gedung 3 Unpam, Viktor.

Baca Juga :  Bandara Soekarno-Hatta akan menambahkan fasilitas Command Center

 

Tujuan Program dan Kendala

 

(Foto) Dr Zamzam Nurhuda saat berada di Mesir

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di perguruan tinggi khususnya di kalangan pengajar, saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya menggelorakan program-program short course seperti ini ke luar negeri. Tercatat ada 6 negara tujuan program semacam ini, tentu dengan tema yang berbeda. Seperti diakui oleh Dr Zamzam Nurhuda, Ia mengatakan, selain melihat-lihat perbandingan sistem pendidikan, program ini juga mewajibkan peserta untuk membuat karya tulis dari pengamatannya saat berada disana.

 

“Disana kita mendapat tugas dua, pertama kita mendapat pengalaman religi, kita juga harus membuat jurnal, karena tuntutan pengajar saat ini bukan hanya mengajar namun juga harus bisa membuat jurnal” katanya.
Meski para peserta menguasai bahasa yang digunakan oleh Mesir (Bahasa Arab), kesulitan berkomunikasi masih dirasakan oleh peserta, seperti diceritakan Dr Zamzam Nurhuda, bahasa Arab pun mempunyai bahasa Arab Amiyah (daerah/lokal/non formal) dan bahasa fusha (Bahasa Al qur’an/formal), mereka ‘jago’ dalam bahasa Arab, mirisnya hanya sedikit dari mereka yang bisa menggunakan kaidah bahasa Arab seperti bahasa Al Qur’an. Tentu saja kesulitan ini didapati hanya saat berada di tempat umum seperti pasar, di tempat pendidikan seperti kampus bahasa fusha (formal) yang digunakan.

 

Perbandingan, Sistem Pendidikan dan Situasi Politik Mesir

 

Bisa dikatakan fasilitas pendidikan (kampus) di Indonesia masih lebih baik dari fasilitas pendidikan di Mesir, bahkan untuk sekelas Universitas Al Azhar. Seperti diungkapkan oleh DR Zamzam Nurhuda, hal ini terjadi karena sistem perkuliahan di Mesir hanya memungkinkan mahasiswa dan dosen bertemu di kelas hanya satu sampai dua kali dalam satu semester, itupun hanya memberikan referensi buku dan tugas perkuliahan. “Jadi, fasilitas kelas yang ada pun tidak terlalu sering digunakan” katanya.

Yang unik dari sistem perkuliahan di Mesir khususnya Al Azhar, masih kata Zamzam, kampus menghindari akreditasi, karena Al Azhar sangat takut tujuan awalnya berubah menjadi tujuan duniawi. Kita ketahui bersama Al azhar ialah salah satu Universitas peninggalan Islam yang masih eksis dan diakui oleh dunia.

Baca Juga :  Hebat! Sasindo Unpam Berhasil Tingkatkan Akreditasinya

 

“Jadi Al Azhar itu tidak ada akreditasi, dan memang menghindari akreditsi, yang ditakutkan niatnya jadi berubah, karena akreditasi tujuannya duniawi, karena Al Azhar adalah Universitas peninggalan yang syarat akan sejarah Islam, kita tahu Al Azhar bagus itu dari pengakuan masyarakat, lagi pula siapa yang akan mengakreditasi Al Azhar?” Paparnya.

 

Kita mengetahui bersama, bahwasanya situasi politik hukum dan keamanan (POLHUKAM) mesir bisa dikatakan sedang tidak kondusif. Mesir adalah salah satu negara yang terdampak oleh fenomena Arab spring. Runtuhnya rezim Husni Mubarak lalu terpilihnya Muhammad Mursi dan Ikhwanul Muslim sebagai presiden dan partai pemenang yang pada akhirnya dikudeta oleh militer sampai berujung ke penangkapan-penangkapan aktivis Ikhwanul Muslim oleh rezim militer mengakibatkan gejolak POLHUKAM sangat berdampak buruk bagi dunia pendidikan Mesir. Bagaimana tidak, aktivis-aktivis Ikhwanul Muslim sendiri mayoritasnya adalah pelajar dan mahasiswa, matinya kebebasan berpendapat dan tindakan refresif dari rezim militer semakin merusak tatanan pendidikan yang ada. seperti dikatakan oleh Dr Zamzam Nurhuda, Dilarangnya metode belajar Tallaqi (belajar kelompok) sangat merugikan mahasiswa, karena seperti yang dijelaskan sebelumnya, sistem Perkuliahan di Al Azhar tidak banyak melakukan tatap muka oleh dosen dan mahasiswa. Ringkasnya, dosen dan mahasiswa melakukan pertemuan di kelas hanya satu atau dua kali untuk memberikan referensi buku dan tugas akhir, selanjutnya mahasiswa harus mempelajarinya di luar.

 

Pelarangan ini bermula dari ketakutan rezim militer pada Ikhwanul Muslim yang notabene anggotanya kebanyakan mahasiswa, rezim militer takut mahasiswa berkumpul dan yang lebih ditakutkan oleh rezim militer adalah, mahasiswa itu banyak yang tergabung oleh Ikhwanul Muslim.

 

“Mesir saat ini sedang dikuasai militer, disana (Mesir) sedang gencarn-gencarnya pembersihan Ikhwanul Muslim, bahkan jika berani menyebut Ikhwanul Muslim di depan aparat pasti langsung diciduk, Rezim tidak ada toleransi terhadap itu, apalagi rezim militer menggunakan sistem praduga bersalah” ungkapnya.

Baca Juga :  Pemerintah Kota Tangerang Selatan Mulai Menerapkan PPKM Level Tiga dan Memberikan Kelonggaran Kepada Beberapa Sektor Usaha

 

Pendidikan Pragmatis, Pendidikan sosialis dan Harapan

 

“kalau di mesir itu pendidikan sangat mengutamakan kesejahteraan rakyat, kuliah di Mesir sangat murah sekali, bahkan mahasiswa yang dari Indonesia baik beasiswa maupun tidak itu tidak dipungut biaya alias gratis, yang bayar itu hanya biaya hidup disana saja” Kata Zamzam diakhir-akhir wawacara.

 

Bandingkan dengan biaya pendidikan di Indonesia, lanjut Dr Zamzam Nurhuda, di Indonesia ini pendidikan masih sistem pendidikan pragmatis, artinya biaya pendidikan yang mahal di Indonesia itu nantinya harus digantikan dengan pekerjaan yang menghasilkan uang yang banyak, itulah yang dimaksud pendidikan pragmatis oleh Dr Zamzam Nurhuda.

 

Kalo masih bisa memberikan yang terbaik bagi mahasiswa kita, berikanlah yang terbaik ~Dr Zamzam Nurhuda

 

Berbeda dengan Indonesia, Mesir mengaplikasikan sistem pendidikan sosialis, lanjut Zamzam, Mesir yang menerapkan pakem; Pendidikan harus bisa dinikmati oleh semua kalangan, tidak seperti di Indonesia pendidikan hanya bisa dinikmati oleh yang pintar dan punya uang, padahal pendidikan sendiri ada untuk memerangi kebodohan, kebodohan adalah salah satu musabab hadirnya kemiskinan. Diakhir wawancara Dr Zamzam Nurhuda berpesan kepada seluruh mahasiswa untuk tuluskan niat menuntut ilmu bukan mengejar gelar, Ia berharap mahasiswa bisa mengamalkan ilmunya, bila Ia orang daerah setelah lulus Ia harus membangun daerahnya.

 

“karena setiap manusia harus bermanfaat bagi manusia lain, ilmu banyak tidak akan bermanfaat bila tidak diamalkan, harta banyak tidak bermanfaat kalau tidak diamalkan, punya jabatan juga tak berguna kalau tidak diamalkan, konsepnya tiga aku diri, aku sosial, maka aku ideal” pungkasnya. (Iqbal)