Beranda Berita Photo Makna, Sejarah dan Cara Memperingati Hari Pahlawan

Makna, Sejarah dan Cara Memperingati Hari Pahlawan

BERBAGI

Beritatangsel.com – Tahukah Anda bahwa setiap tanggal 10 November ditetapkan sebagai hari untuk memperingati jasa-jasa pahlawan Indonesia? Pada tahun 2016 ini, genap 71 tahun sudah Indonesia merayakan hari bersejarah yang bertempat di kota Pahlawan, Surabaya. 10 November 1945 merupakan hari yang bersejarah bagi tanah air Indonesia, hari tersebut kini dikenal sebagai Hari Pahlawan Indonesia. Mungkin tidak banyak orang terutama pemuda-pemudi yang ingat bahkan mengetahui bahwa 10 November merupakan peringatan Hari Pahlawan Indonesia atau mungkin tidak mengetahui alasan mengapa 10 November dijadikan Hari Pahlawan Indonesia. Oleh karena itu, lewat artikel ini PasarPolis akan membahas sejarah dan makna Hari Pahlawan Indonesia sekaligus memperingati Hari Pahlawan Indonesia yang jatuh pada 10 November 1945.

Sejarah Hari Pahlawan

Peringatan Hari Pahlawan ditetapkan karena adanya suatu peristiwa besar yang berlangsung di kota Surabaya, yang hingga saat ini kota tersebut juga sering disebut sebagai kota Pahlawan. Peristiwa tersebut ditandai dengan adanya konfrontasi di kota Surabaya yang melibatkan warga Surabaya dan pasukan dari NICA (Pemerintahan Sipil Hindia Belanda). Karena adanya peristiwa tersebut, Sumarsono yang merupakan mantan dari gerakan PRI (Pemuda Republik Indonesia) yang juga turut andil dalam peristiwa tersebut mengusulkan kepada Presiden Soekarno pada waktu itu untuk menjadikan 10 November sebagai hari untuk memperingati Hari Pahlawan.

Peristiwa peperangan berlangsung di kota Pahlawan, Surabaya tersebut menjadi legitimasi peran prajurit dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang sudah dideklarasikan pada 17 Agustus 1945. Perjuangan rakyat Surabaya dan juga sukarelawan yang membantu dalam menghadapi agresi militer saat itu menjadikan suatu nilai kepahlawanan yang dinilai cukup untuk menjadikan 10 November sebagai hari untuk memperingati Hari Pahlawan.

Peristiwa ini ditandai dengan insiden yang terjadi di Hotel Yamato Surabaya yang pada saat itu hotel tersebut bernama Hotel Oranje. Setelah ditetapkannya kemerdekaan Indonesia dari kubu Jepang, pemerintah Indonesia saat itu mengeluarkan maklumat yang mengatakan bahwa bendera Sang Saka Merah Putih agar terus dikibarkan ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk Surabaya. Namun pada 18 September 1945 sekelompok masyarakat Belanda yang dipimpin oleh Mr. Ploegman mengibarkan bendera Belanda tanpa persetujuan dari Pemerintah Indonesia Daerah Surabaya, hal ini tentu saja menyulut amarah warga Surabaya yang menganggap apa yang dilakukan oleh Ploegman merupakan penghinaan terhadap kemerdekaan Indonesia yang sudah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.

Baca Juga :  WH Konsolidasi Bimtek Pemenangan dengan Para Kader

Mr. Ploegman yang menolak untuk menurunkan bendera Belanda dari Hotel Yamato membuat geram banyak rakyat Surabaya. Setelah diadakannya perundingan yang mengakibatkan tewasnya Mr. Ploegman, kemudian terjadilah baku tembak antara masyarakat Indonesia dengan tentara Inggris yang berlangsung pada 27 Oktober 1945. Peperangan yang melibatkan masyarakat Indonesia dengan tentara Inggris tersebut terus berlangsung hari demi hari sampai ditandatanganinya gencatan senjata antara kedua belah pihak pada 29 Oktober 1945, keadaan sempat mereda. Namun beberapa bentrokan masih terjadi di beberapa tempat, puncaknya adalah pada saat pimpinan tentara Inggris Brigjen Mallaby tewas terbunuh. Brigjen Mallaby tewas karena serangan yang dilakukan terhadap mobil yang dikendarainya, ledakan terhadap mobilnya tersebut mengakibatkan jenazah Mallaby sulit dikenali.

Puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 1945, ketika Mayjen Robert Mansergh selaku pengganti Brigjen Mallaby mengeluarkan ultimatum terhadap semua masyarakat Indonesia yang bersenjata termasuk pimpinan perang dari Indonesia. Ultimatum tersebut dianggap sebagai hinaan kepada Republik Indonesia dengan alasan bahwa Indonesia sudah merdeka dan tidak ada hak bagi pemerintahan Belanda untuk mengambil kembali kemerdekaan Republik Indonesia. Kemudian, tentara Inggirs melakukan serangan besar-besaran dengan melakukan pengeboman ke gedung-gedung. Awalnya tentara Inggris menduga bahwa serangan yang dilakukan untuk merebut kota Surabaya dapat dilakukan hanya dengan tiga hari saja, namun Sutomo yang biasa dikenal dengan Bung Tomo memberikan pengaruh besar terhadap pemuda-pemuda Surabaya sehingga serangan Inggris tersebut berlangsung sampai dengan tiga minggu sampai pada akhirnya seluruh kota Surabaya jatuh ke tangan Inggris. Setidaknya 6,000-16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan sekitar 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Pertempuran di Surabaya ini menginspirasi masyarakat Indonesia lainnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia dan mengusir penjajah. Banyaknya rakyat Indonesia terutama pemuda yang tewas pada peristiwa ini menjadikan tanggal 10 November sebagai peringatan hari pahlawan untuk selalu mengenang jasa-jasa para pahlawan.

Baca Juga :  Ketua MUI Kota Tangerang Menyayangkan Sebagian Orang Pasca Gempa Bumi

Makna Hari Pahlawan

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menghormati jasa-jasa pahlawannya” merupakan ungkapan populer di Indonesia, seperti kata Bung Karno juga yang mengatakan “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah” atau yang disingkat “Jasmerah” olehnya. Ungkapan-ungkapan tersebut mengingatkan kepada masyarakat Indonesia modern untuk selalu mengingat jasa-jasa pahlawan dan memahami makna Hari Pahlawan, apabila bangsa tidak memiliki pahlawan sama saja bangsa tersebut tidak memiliki hal yang dapat dibanggakan, sehingga makna Hari Pahlawan itu sendiri tidak akan ada. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 November ditetapkan oleh pemerintah sebagai peringatan untuk memperingati Hari Pahlawan.

Pejuang Indonesia yang bertempur hebat untuk memerdekakan Republik Indonesia menjadikan salah satu alasan mengapa 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Pada saat itu, para pahlawan Indonesia hanya bersenjatakan bambu runcing dan senjata-senjata yang dilucuti dari tentara Jepang, namun para pahlawan Indonesia tersebut mampu menahan gempuran tentara Inggris yang ada di Surabaya selama 3 minggu. Senjata yang dimiliki Indonesia sangatlah minim, akan tetapi, perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan Indonesia sangatlah besar. Bung Tomo merupakan tokoh terkenal dalam pertempuran Surabaya tersebut, Bung Tomo lah yang dengan gagah berani mengobarkan semangat para pemuda di Surabaya untuk ikut andil dalam pertempuran Surabaya.

Cara Memperingati Hari Pahlawan

Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai warga negara yang baik, seperti:

  1. Dengan melakukan upacara bendera untuk menghormati jasa para pahlawan yang telah bertempur demi merebut dan mempertahankan kedaulatan Indonesia,
  2. Mengunjungi makam para pahlawan, mengunjungi makam para pahlawan bisa menjadi cara untuk memperingati Hari Pahlawan,
  3. Kemudian cara yang paling mudah untuk memperingati Hari Pahlawan adalah dengan selalu menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia, dan selalu berperan aktif dalam kegiatan pembangunan Indonesia.
Baca Juga :  Nekat Setubuhi Kekasih di Kamar Kos, Bocah ABG Diringkus Polisi

Bagaimana dengan Anda? Apa yang Anda lakukan untuk memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November 2016? Apakah Anda akan melakukan upacara bendera, atau mengunjungi makam para pahlawan, semuanya terserah pada Anda yang terpenting adalah kita harus selalu mengenang dan menghormati para pahlawan yang sudah berjuang demi merebut dan mempertahankan kedaulatan Indonesia tersebut.

Memang saat ini masyarakat Indonesia tidak lagi dituntut atau turun andil untuk melawan para penjajah seperti yang dilakukan oleh para pahlawan Indonesia pada waktu itu. Melalui artikel PasarPolis di atas, dapat diketahui bahwa banyak pahlawan Indonesia terutama yang terlibat di pertempuran Surabaya adalah pemuda-pemuda Indonesia. Oleh karena itu, sekarang ini tugas untuk para pemuda Indonesia selaku penerus bangsa adalah untuk terus memperingati Hari Pahlawan serta memberikan suatu arti baru mengenai kepahlawanan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang tentunya disesuaikan dengan perkembangan jaman. (*)