Beranda Berita Photo Tiga Rukun Mahasiswa Yang Tidak Boleh Dilewatkan

Tiga Rukun Mahasiswa Yang Tidak Boleh Dilewatkan

BERBAGI

Oleh: Irvan Hidayat (Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Adab dan Humaniora)

Mahasiswa adalah gelar yang diperuntukan kepada seseorang yang telah lulus sekolah menengah atas dan setelah itu diterima masuk perguruan tinggi. Term mahasiswa selalu terdengar nyentrik dan keren ditelinga orang, mulai dari mahasiswa sebagai elite masyarakat, sebagai agen perubahan (agen oc change), mahasiswa sebagai intelektual dan masih banyak lagi gelar yang disematkan kepada mahasiswa. Namun, apakah realita yang terjadi seperti itu?. Mungkin tidak semuanya mahasiswa pantas diberi gelar tersebut, kenapa begitu? karena tidak setiap mahasiswa bisa menjadi agen perubahan, tidak semua mahasiswa bisa menjadi intelektual dan tidak semua mahasiswa dianggap sebagai elite masyarakat.

Realitas dunia mahasiswa terkini jauh dari harapan yang mengindikasikan mahasiswa sebagai sebuah kelompok yang bisa berbuat banyak hal positif dimasyarakat. Gelar yang dulu pernah tersemat disosok mahasiswa, kini kian buram dan semakin susah untuk dilihat. Mengapa hal yang demikian bisa terjadi?, penyebabnya adalah tidak dilaksanakannya lagi “tiga rukun mahasiswa. Tiga rukun mahasiswa terdiri dari, membaca, berdiskusi dan menulis. Aktifitas membaca, berdiskusi, dan menulis hukumnya wajib bagi setiap mahasiswa, karena mahasiswa dituntut untuk tidak pasif atau menunggu segala sesuatu dari dosen, mahasiswa harus aktif dalam mengembangkan pengetahuannya sendiri.

Membaca, berdiskusi dan menulis adalah cara efektif untuk mengembangkan pengetahuan mahasiswa secara mandiri. Aktifitas belajar dikelas tidak cukup memenuhi asupan gizi pengetahuan karena, dosen hanya menyampaikan materi ajarnya secara umum, artinya masih banyak materi yang sifatnya spesifik yang harus diketahui. Aktifitas dikelas memang tidak terlepas dari, membaca, berdiskusi dan menulis, namun aktifitas ketiganya terkadang hanya bersifat formalitas saja atau hanya memenuhi kurikulum dan ditemukan banyak kasus ketidak seriusan mahasiswa dalam proses penerapannya. Ketidak seriusan itu bisa dilihat dari tulisan-tulisan makalah yang banyak menjiplak makalah yang sudah ada, baik dari internet ataupun punya temannya dikelas lain. selain itu ketika presentasi didepan kelas untuk memaparkan makalahnya, kebanyakan mahasiswa tidak menguasai materi alhasil gaya presentasinya hanya dengan membaca utuh naskah makalah. Kemudian hal itu diperparah lagi dengan tidak adanya interaksi setelah presentasi. Disadari atau tidak, kesaharian di dalam kelas selalu seperti ini.

Baca Juga :  Bakal Digelar Kuliah Akbar Mahasiswa se Banten Peringati Sumpah Pemuda

Bayangkan betapa membosankannya dan betapa sulitnya kita mengharapkan wawasan pengetahuan kita berkembang kalau aktifitas mahasiswa sekarang cuma begitu saja. Ketika tidak berkembang wawasannya, bagaimana mahasiswa jadi agen perubahan dan tokoh intelektual. Namun selama mahasiswa itu masih hidup dan berkeliaran di kampus masih bisa ada harapan untuk memperbaikinya. Memperbaiki pola hidup mahasiswa yang seperti itu tidaklah sulit, karena sebenarnya sudah ada cara yang sejak lama diterapkan oleh kalangan mahasiswa yang mungkin sekarang sudah sepuh bahkan mungkin beberapa dari mereka sudah wafat. Cara lama itulah yang sebelumnya disebut dengan “tiga rukun mahasiswa”. “Tiga rukun mahasiswa” ini tidak untuk diterapkan ketika perkuliahan dikelas berlangsung, melainkan diluar perkuliahan, bisa saja di taman kampus, di perpustakaan, di lantai dasar fakultas, di kosan atau dimana saja asalakan pantas untuk dipakai.

Membaca umumnya dilakukan di perpustakaan atau tempat lain asalkan ada sesuatu yang bisa dibaca. Dengan membaca maka akan terjadi dialog antara pembaca dan sesuatu yang dibaca, apabila seseorang membaca buku sejarah maka buku yang dibaca itu akan memberikan informasi tentang peristiwa dimasa lalu. Dialog yang terjadi karena ada proses membaca maka akan diteruskan dan disimpan didalam otak, yang demikian itu menambah wawasan pengetahuan seorang mahasiswa. Dalam mengembangkan wawasan pengetahuannya mahasiswa tidak cukup dengan membaca, karena harus ada interaksi dengan mahasiswa atau orang lain agar apa yang dipahaminya dalam proses membaca diketahui pula oleh orang diluar dirinya. Pada tahap ini bisa saja mahasiswa berdialog dengan satu orang temannya atau lebih sehingga akan terjadi diskusi antara mereka, kepentingan dari diskusi adalah untuk menambah informasi lain yang belum sempat dibaca dan untuk mengecek serta menguji hasil dari bacaannya. Selain diskusi yang berjalan secara tidak disengaja, ada juga diskusi yang sengaja digelar karena didesak oleh kebutuhan, biasanya diskusi yang sengaja digelar itu dilaksanakan oleh kelompok diskusi yang memang sudah mempunyai jadwal tetap.

Baca Juga :  Mahasiswa Universitas Pamulang Berikan Pemaparan Finansial di SMK Nida El-Adabi

Kelompok diskusi umunya sudah mempunyai silabus, waktu dan mekanisme diskusi sendiri. Maka karena hal itu, kelompok diskusi memiliki arah dan tujuan yang jelas dalam menjalankan diskusi-diskusinya. Kejelasan arah dan tujuan diskusi ini membantu mahasiswa yang mengikutinya untuk memahami materi-materi yang diskusikan dan implikasinya adalah berkembangnya wawasan pengetahuan. Setelah membaca dan berdiskusi, rukun selanjutntya adalah menulis. Menulis yang dimaksudkan adalah menuangkan berbagai macam ide atau gagasan kedalam selembar kertas atau kedalam layar monitor komputer atau gadget lain yan bisa digunakan untuk menulis. Pada proses menulis ini, penulis akan menemukan suatu momen yang sangat penting dimana penulis harus menumpahkan ide-ide yang masih bersifat abstrak kepada untai-untaian kata yang bisa dilihat oleh orang lain. Proses ini membutuhkan cara berfikir yang terstruktur dengan baik agar tulisan yang dihasilkan dapat dimengerti oleh orang lain. Ketika ide atau gagasan yang abstrak telah berhasil dipindahkan kedalam sebuah tulisan yang dapat dilihat maka seorang penulis atau dalam hal ini mahasiswa telah sedikit berhasil mengembangkan wawasannya. Keberhasilannya itu akan mendekati tahap sempurna jika berbagai tulisan yang dihasilkannya dapat dipahami oleh khalayak umum dan bisa diterapkan dengan mudah. Kemudahan dalam menyebarkan tulisan yang berisi gagasan itu, kini didukung oleh berbagai media dalam jaringan (daring) yang menampung tulisan-tulisan mahasiswa.

Maka dari itu sudah sewajarnya mahasiswa tidak melewatkan “tiga rukun mahasiswa” yang kini harus dihidupkan kembali. Tanpa membaca, berdiskusi dan menulis mahasiswa hanya akan menjadi masyarakat biasa yang tidak ada bedanya dengan yang tidak kuliah. Dengan menunaikan “tiga rukun mahasiswa” maka proses pengembangan wawasan pengetahuan akan berjalan efektif dan berimplikasi pada kesuksesan mahasiswa sebagai elite masyarakat, agen perubahan dan tokoh intelektual yang berguna bagi bangsa dan negara.