Beranda Berita Terkini Kemunafikan adalah Perbuatan Yang Melampaui Batas

Kemunafikan adalah Perbuatan Yang Melampaui Batas

BERBAGI
Ilustrasi
Ilustrasi
Ilustrasi

Oleh: Hulaimi Al Amin

Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Konsentrasi Tafsir Interdisiplin)

Email: hulaimialamin@yahoo.com

Beritatangsel.com — Tidak ragu lagi bahwa pada era sekarang ini kita melihat banyak orang yang berbuat zalim, entah zalim terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, masyarakat dan negara. Mereka melakukan hal-hal zalim dan merusak tersebut hanya untuk kepentingan diri mereka sendiri seraya mengabaikan yang lain. Mereka menipu diri mereka sendiri dan menipu orang lain. Akhir-akhir ini banyak terjadi kasus pejabat negara yang terlibat korupsi, menjadi tersangka karena berbuat yang tidak semestinya, berbuat curang, menghalalkan segala cara demi tujuan haramnya dan sebagainya merupakan salah satu perbuatan yang pada hakikatnya adalah menipu diri sendiri dan orang lain.

Mereka para pelaku biasanya mengaku dengan jujur, mampu berbuat dengan baik, memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, serta dengan hebatnya mengatakan bahwa hanya mereka yang mampu menyelesaikan semua persoalan masyarakat dengan janj-janji yang tidak pasti tetapi pada sisi yang lain, hal-hal yang pernah diutarakan dan disuarakan justru memberikan keburukan pada dirinya sendiri dan masyarakat. Hal itu adalah perbuatan zalim dan bisa digolongkan ke dalam salah satu sifat orang munafik yaitu merasa mampu untuk berbuat baik dan menegakkan kebenaran. Padahal seperti yang telah diketahui bahwa dalam hidup ini, tuhan selalu membimbing manusia untuk memberantas kezaliman, semua kecurangan yang mampu menyebabkan kemiskinan, penderitaan serta perpecahan di antara sesama manusia, tetapi kenapa mereka berani melakukan tindakan yang bertentangan dengan peritah tuhan.

Perbuatan zalim dan curang seperti yang telah dipaparkan akan kita temukan dalam pada berbagai kalangan mengutip pendapat Ziauddin Sardar. Lebih lanjut hal tersebut disebabkan karena keegoisan mereka dalam memandang segala sesuatu, mereka memandang rendah orang lain, menghakimi orang tanpa aturan yang dibenarkan. Sekali lagi, perbuatan-perbuatan yang mencerminkan kemunafikan adalah perbuatan yang melampaui batas dan tidak bisa ditolelir, tidak bisa dibenarkan. Dalam Islam orang yang demikian diumpamakan seperti orang yang melihat cahaya tetapi ketika semuanya terang mereka menjadi buta,  mereka memimpikan ada tanda-tanda dari badai yang akan mendekat tetapi ketika ada petir yang menyambar mereka menutup telinga dan menjadi tuli.

Baca Juga :  Evakuasi Reruntuhan Tanggul Kali Gede Yang Jebol

Mereka orang-orang yang dihinggapi sikap munafik juga menipu orang lain, mereka mengambil hak-hak orang lain, kepercayaan masyarakat yang diamanatkan kepadanya. Maka dalam hal ini tidak salah jika mereka sekiranya dikatakan juga sebagai pelaku kejahatan yang merampas hak-hak orang lain apalagi yang berkenaan dengan hajat hidup orang banyak dan rakyat. Mereka mengetahui tuntutan agama tetapi mereka mengabaikannya. Mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukan adalah bertentangan dengan agama tetapi mereka menempuh jalan yang berbeda, jalan yang menurut mereka sendiri paling benar. Apabila mereka berada atau sedang bersama masyarakat, mereka berusaha menampakkan kebaikan, ketaatan serta janji yang akan ditepati tetapi ketika mereka tidak lagi bersama masyarakat, mereka lupa seraya melupakan janji-janji yang pernah mereka ucapkan. Dan hal yang paling jauh adalah mereka mengabaikan agama.

Mereka pada akhirnya mesti mendapatkan balasan dan ganjaran, entah itu dari masyarakat maupun dari tuhan. Kita semua menyadari bahwa perbuatan apapun yang kita lakukan, baik atau buruk akan mendapat balasan serta akan diadili. Kita berharap semua kalangan, pemimpin-pemimpin kita terhindar dari sifat-sifat kemunafikan yang akan mendatangkan kemudaratan serta keburukan. Allah Alam.(Red)