Oleh: A.M. Hanafi
Dalam kehidupan masyarakat, hampir orang tidak bisa membedakan, antara politik, dan kekuasaan. Politik dan korupsi (uang), politik dan kebohongan, politik dan intervensi. Hal ini disebabkan oleh proses pembodohan politik yang selama ini terjadi pada masyarakat.
Politik tidak lagi dilihat sebagai sarana untuk mewujudkan kebaikan bersama namun lebih dari itu sebagai usaha untuk meraih kekuasaan dengan jalan mengintervensi dan memanupulasi. Masyarakat yang kurang terdidik secara politik, telah menyebabkan mereka cenderung pasif dan mudah dimobilisasi untuk kepentingan pribadi atau jabatan dari para elite politik.
Akibatnya terjadi disintegrasi lokal, dimana antar kelompok masyarakat, dan atau antar massa pendukung pasangan atau calon tertentu saling sikut-menyikut karena beda pilihan politik (perbedaan pilihan politik tidaklah dianggap lumrah).
Lebih dari itu, mereka juga tidak bisa ikut mempengaruhi secara signifikan proses-proses pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan kehidupan mereka. Padahal, sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa proses demokratisasi yang sehat mensyaratkan adanya partisipasi politik yang otonom dari warga negara. Partisipasi politik yang otonom ini, hanya dapat dimungkinkan jika warga negara cukup terdidik secara politik.
Pendidikan dan politik merupakan dua hal yang berbeda, namun memiliki tujuan utama yang saling medukung satu sama lain.
Keduanya bahu-membahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu negara. Lebih dari itu, keduanya satu sama lain saling menunjang dan saling mengisi. Pendidikan menyangkut proses transmisi ilmu pengetahuan dan budaya, serta perkembangan keterampilan dan pelatihan yang membawa perubahan pada diri individu terdidik (Sudiarja, 2006:413).
Sedangkan politik berkenaan dengan praktik kekuasaan, pengaruh dan otoritas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan-keputusan otoritatif tentang alokasi nilai-nilai dan sumber daya. Karena keduanya sarat dengan proses pengalokasian dan pendistribusian nilai-nilai dalam masyarakat, maka tidaklah sulit untuk memahami bahwa pendidikan dan politik adalah dua perangkat aktivitas yang akan terus saling terkait dan berinteraksi.