Beranda Berita Photo DEWAN KESENIAN TANGSEL TERBELAH

DEWAN KESENIAN TANGSEL TERBELAH

BERBAGI
Dewan Kesenian
Dewan Kesenian
Dewan Kesenian

Setu, BT.Com – Alih-alih ingin membangun seni dan masyarakat kesenian Tangerang Selatan, Dewan Kesenian Tangerang Selatan (DKTS) justru terbelah menjadi dua kubu. Penyebabnya tidak lain karena Ketua Umum dianggap tidak transparan.

Setidaknya ini yang terungkap dari konverensi pers yang dihadiri oleh Shobir Pur (Sastrawan dan Sekretaris Umum DKTS), Ahmadun Yosi (Ketua Dewan Pembina DKTS), dan Sos Rendra (Teaterawan dan Ketua III DKTS), di Ruang Rapat Fraksi DPRD Tangsel, kemarin.

Ketidaktransparanan Ketua Umum ini yang kemudian memicu terjadinya perpecahan di tubuh DKTS, kata Ahmadun Yosi (Ketua Dewan Pembina) mewakili rekan-rekan. Saat ini DKTS terbelah menjadi dua kubu yang berseberangan, yaitu kubu Ketua Umum, Agam Pamungkas dan kawan-kawan, satu lagi kubu Sos Rendra, Ketua III, beserta rekan.

Dewam Kesenian Tangerang Selatan adalah lembaga kesenian yang diharapkan dapat mengangkat derajat kesenian dan berkesenian di Tangsel. Mengingat Tangsel sangat kaya akan potensi seni dan pelaku seni tersohor banyak bermukim di Tangsel, sebut saja Abah Yoyok (Seniman Betawi), Uki Bayu Sejati, Chavcay Syaifullah. DKTS diperlukan untuk mewadahi para pelaku seni dalam menuangkan karyanya seninya, lanjut Ahmadun Yosi.

Sejak didirikan tanggal 10 Februari 2010 atau empat tahun lalu dengan Ketua Umum Agam Pamungkas dan Sekretaris Umum Shobir Pur, berdasarkan SK  Walikota Tangerang Selatan Nomor: 431/2.Kep.20-HUK.Org/2010, DKTS belum melakukan kegiatan sebagaimana sebuah organisasi yang terstruktur, lanjutnya.

Hal itu terlihat dari gaya kepemimpinan Agam Pamungkas yang terkesan one man show  da nada keengganan untuk menyusus ad/art agar organisasi berjalan sebagaimana mestinya, sambung Sos Rendra. Sebagai contoh, lanjutnya, sejak empat tahun silam DKTS telah menerima dana hibah dari Pemerintah Tangerang Selatan sebanyak 5 kali sebesar Rp 500 Juta. Dengan rincian, tahun 2010 DKTS menerima dana hibah sebesar Rp 100 Juta, tahun 2012 terima Rp 100 Juta, tahun 2013 terima 2 kali Rp 50 Juta dan Rp 50 Juta, tahun 2014 DKTS terima Rp 200 Juta. Sangat besar, namun penggunaannya tidak jelas dan tidak transparan, tegasnya.

Baca Juga :  Gedung Tua di Bintaro Roboh Walikota Tangsel Akan Panggil Pengelola

Beberapa hal yang kemudian memupus kepercayaan pengurus terhadap Ketua Umum adalah, pertama, soal leadership, Agam Pamungkas sebagai Ketua Umum cenderung one man show dalam menjalankan roda organisasi, pengurus lain tidak difungsikan. Kedua, soal penggunaan dana hibah yang tidak transparan dan tidak melibatkan pengurus lain.

Hal ini mendorong kami, kata Ahmadun Yosi, untuk membentuk Tim Penyelamat DKTS dari kesenjangan dan stagnasi yang mungkin terjadi. Tim Penyelamat DKTS terdiri dari saya sendiri, Abah Yoyok, Shobir Pur, Sos Rendra, Chavcay Syaifullah, Machrus Priheni, Mustafa Ismail, Uki Bayu Sejati, kata Ahmadun Yosi.

“Agenda utamanya adalah Mendesak Kepala Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Tangerang Selatan agar segera menyelenggarakan Musawarah Seniman Tangerang Selatan selambat-lambatnya dalam bulan Maret 2015 dengan agenda utama Pemilihan Pengurus Baru DKTS Periode 2015-2018,” pungkasnya. (Doci/Putra/Iskandar).