Menerbitkan Majalah Bulanan ‘Menata TANGSEL’ Humas dan Protokol Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) seperti sedang memajang foto seksi. Seperti foto yang ada di majalah-majalah orang dewasa. Indah, menakjubkan, dan sekilas enak dilihat.
Meski harus kita akui bahwa ‘Menata TANGSEL’ sangat berkualitas, tentu, perwajahannya bagus, tata letaknya juga bagus, penggunaan tata bahasanya sangat bagus, apalagi kalau kita perhatikan kovernya, hemm, sangat eksklusif. Karena dikerjakan oleh tangan-tangan terampil.
Tapi kalau kita perhatikan dengan teliti, apa yang Dedi Rafidi dan kawan-kawan lakukan ‘Mengeksploitasi Kenerja Pemerintah Kota Tangerang Selatan’ terlihat agak menggelikan. Bagaimana tidak, saya teringat foto seksi di Majalah Orang Dewasa. Apa yang Humas Pemkot Tangsel lakukan seperti sedang memajang foto itu.
Kita boleh percaya boleh tidak. Coba renungkan, apa yang terlihat dari gambar tersebut adalah hanya eksploitasi keindahan dari model yang ada dalam foto tersebut. Jangan pernah berharap kita dapat melihat sisi negative dari sang model kerena itu tidak akan ditampakkan oleh Sang Juru Foto.
“Keindahan dan pesona yang dapat menghipnotis orang yang melihatnya, hanya itu yang diperlihatkan dalam foto tersebut, sangat tendensius.”
“Tapi coba kita perhatikan, reaksi apa yang keluar dari orang yang melihat foto tersebut? Ada yang melihat dengan senyum-senyum, ada yang melihat dengan rona kebingungan, ada pula yang melotot karena mengagumi foto tersebut, tapi tidak sedikit pula yang kemudian menyebut astaghfirullah. Barangkali seperti itu reaksi orang yang menerima majalah tersebut.
Dedi Rafidi Selaku Kepala Bagian (Kabag) Humas dan Protokol sekaligus penanggungjawab majalah tersebut tentu sudah bertanya sana sini sebelum menerbitkannya. Tampak seperti tidak ada yang salah dan kami juga tidak ingin terjebak dalam perdebatan baik atau tidak dan boleh atau tidak pemerintah berpropaganda.
“Yang kemudian sering mengusik benak kita, majalah eksklusif yang diterbitkan sebulan sekali dengan oplah yang cukup besar pasti membutuhkan biaya yang besar pula. Pertanyaannya. Dari pos anggaran mana biaya yang dikeluarkan untuk operasional majalah tersebut?”
Jika Pemerintah Kota Tangerang Selatan ingin terlihat baik di mata masyarakat cukup tunjukkan kinerja pemerintah dengan good governance. Maka masyarakat akan mengatakan baik jika memang demikian. Pun, di sini masih ada lembaga pers sebagai lembaga kontrol sosial dan masih ada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai pemegang fungsi pengawasan yang akan berkata jujur. Pemerintah tidak perlu khawatir prestasinya tidak dilihat masyarakat.
Masayarakat kita persis seperti dalam motto Tangerang Selatan “Cerdas, Modern, Religius,” Sebagai masyarakat yang cerdas dan kritis, kita ingin melihat Tangerang Selatan yang riil secara keseluruhan. Kita tentu yakin, masyarakat Tangsel tidak akan pernah mengatakan Pemerintah Tangsel bohong. Tapi tidak harus seperti ini keles, kata anak muda jaman sekarang.
Masyarakat Tangsel pasti tidak akan mengingkari bahwa prestasi Pemkot Tangsel bersama Walikota Hj. Airin Rachmi Diany dan Wakilnya H. Benyamin Davny di bidang pembangunan infrastruktur sangat membanggakan. Kita bisa lihat dan rasakan jalan-jalan kini bagus hingga ke lingkungan, gedung-gedung perkantoran seperti kantor kelurahan, kecamatan, dinas, dan kantor walikota yang sedang dalam proses, sangat representastive.
Tapi juga banyak hal yang masyarakat perlu tahu, misalnya ‘Tender Proyek’ yang belum berjalan dengan baik. Kita sering melihat serunya ‘perebutan proyek’ dalam tender yang diselenggarakan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, saling sikat saling sikut untuk menjadi pemenang tender, sungguh membuat kita miris.
Kita tentu tidak ingin melihat yang layak menjadi tidak layak, yang tidak pantas menjadi pantas. Kita ingin melihat yang menang tender adalah yang terbaik, sehingga proyek yang dikerjakan menghasilkan kualitas yang baik pula. Kita ingin Tangsel seperti yang dicita-citakan dalam pemekaran.
“Meninabubukan masyarakat yang cerdas dan kritis dengan prestasi yang baik saja tentu bukan pilihan bijaksana. Tapi terlalu banyak menunjukkan kegagalan juga akan membuat kita terlihat bodoh. Mari kita ambil jalan terbaik.”
