Beranda Sosbud Pencak Silat MS Jalan Enam, Sebuah Kearipan Lokal Di kota Tangsel

Pencak Silat MS Jalan Enam, Sebuah Kearipan Lokal Di kota Tangsel

BERBAGI


026 - Pencak Silat MS Jalan Enam, Sebuah Kearipan Lokal Di kota TangselBerita Tangsel On
– Perguruan Pencak Silat MS (Misar Siban) Jalan Enam Pengasinan, kalimat tersebut mungkin masih sangat asing buat sebagian masyarakat kota Tangerang Selatan. Perguruan pencak silat MS Jalan Enam Pengasinan lahir sekitar tahun 1935, awalnya hanya sebuah bentuk perlawanan kepada kaum penjajah yang waktu itu berkuasa di Indonesia. Karena sering di tindas, akhirnya lahirlah sebuah perguruan silat dengan guru besarnya bernama H. Miing Bin H. Ki’in. Sempat di cari dan menjadi musuh besar Belanda, untuk itu, H. Miing berpindah – pindah tempat demi  menghindari kejaran Belanda. Seiring perkembangannya, saat ini Perguruan Pencak Silat MS Jalan Enam yang berada di Jalan Arimbi 2, RT 03/01 kelurahan Pondok Benda, kecamatan Pamulang kota Tangsel, memiliki murid sedikitnya 30 ribu orang. Dari jumlah tersebut, mereka tersebar di 7 kecamatan di kota Tangsel. Terbesar jumlah murid dari perguruan seni beladiri tersebut saat ini berada di di wilayah kecamatan Pondok Aren. Asra. HMS (62), generasi terakhir pengurus Perguruan Pencak Silat MS Jalan Enam Pengasinan kepada wartawan menjelaskan seputar tumbuh kembangnya seni bela diri yang di wariskan secara turun temurun tersebut. Menurutnya, seni beladiri ini membawa visi dan misi persaudaraan. “Sesuai dengan yang di ajarkan oleh para pendahulu kami, seni beladiri ini lebih mengutamakan persaudaraan tanpa mengutamakan status yang ada,” ucap Asra usai dirinya melakukan ritual urut kepada murid baru yang malam itu berjumlah 200 orang. Menurut pria yang masih terlihat enerjik ini, ritual urut merupakan salah satu sarat mutlak yang harus di ikuti setiap murid baru sebelum mereka di bimbing oleh para guru seni beladiri yang berjumlah 7 orang. Hal ini rutin di lakukan sebagai tradisi turun temurun yang ada di Perguruan Silat MS Jalan Enam Pengasinan. “Ritual urut merupakan hal terpenting di lakukan sebelum murid menerima pelajaran berbagai jurus yang ada,” beber Asra. Di singgung tentang nama belakang perguruan memakai nama Pengasinan, Asra mengatakan bahwa nama tersebut merupakan pusat dari berbagai paguyuban silat yang tersebar di Jabodetabek. Sedangkan perguruan seni beladiri yang di asuhnya saat ini pun tetap menginduk ke Pengasinan yang berada di wilayah Depok. “Kami di sini hanya cabang, sedangkan pusatnya di Depok yaitu tepatnya Pengasinan,” jelas Asra. Di tempat yang sama, ketua umum Perguruan Pencak Silat MS Jalan Enam, Malikuswari, DT. MM menambahkan, seni beladiri MS Jalan Enam merupakan paduan budaya dan tradisi masyarakat asli kota Tangsel yang harus di lestarikan keberadaannya. Sebab, dirinya khawatir dengan kondisi sekarang ketika arus globalisasi yang semakin gencar masuk ke Indonesia, kebudayaan lokal jika tidak di jaga akan mengalami kepunahan. “Salah satu kebudayaan Tangsel yang ada saat ini adalah seni beladirinya, di samping budaya – budaya lainnya. Kami anggap ini akan punah jika tidak di tata kembali,” papar Malik. Untuk itu, sambung Malik, untuk mengembalikannya butuh kesabaran dan keikhlasan. Sebab menurutnya, regenerasi sangat di perlukan untuk menjaga kearifan lokal yang ada di Tangsel. “Regenerasi di perlukan, hal itu untuk menjaga eksistensi kearipan lokal agar tidak pudar seiring perkembangan teknologi yang berkembang saat ini,” pungkasnya. (Sukron/Anthony)

Baca Juga :  Gravinci Berbagi Kebahagiaan dengan Adakan Baksos